Thursday, May 13, 2010

Daftar Pustaka


Dalam pembuatan makalah, paper atau buku kita perlu mencantumkan referensi-referensi atau sumber-sumber dari tulisan kita, itulah yang disebut dengan daftar pustaka. Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan, baik tulisan ilmiah maupun non ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis.
Walija mengatakan bahwa daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki. Perbedaannya hanya pada daftar pustaka tiada nomor halaman sedangkan pada catatan kaki ada nomor halaman. Daftar pustaka berada di paling belakang dari tulisan kita.

Unsur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:
A. Buku sebagai Bahan Referensi
1) Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.
2) Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang oleh penulis yang sama.
3) Judul buku, dimiringkan tulisannya atau digaris bawahi.
4) Data publikasi, penerbit, dan tempat terbit.
5) DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi paling atas pada halaman yang terpisah.

B.  Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal
Nama penulis di tulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti oleh tahun, judul karya (dicetak miring) dengan diberikan keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung.
Contoh:
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).

C.  Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim (jika ada) disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim).
Misalnya :
·         Davis, A. (a.davis @uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tolls. Email kepada Alison Hunter (huntera @usq.edu.au).
·         Mulya, Hamdani. (mulyahamdani @yahoo.com). 15 Oktober 2009. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Email kepada Redaktur Majalah Santunan Jadid (redaksisantunan @gmail.com).

D. Cara penulisan Daftar Pustaka
Berisi Daftar Pustaka yang dipakai dalam pembahasan Skripsi. Daftar pustaka harus disusun menurut abjad nama keluarga pengarang.
      Halaman ini berisi daftar pustaka yang digunakan dan dirujuk didalam tulisan isi Skripsi. Walaupun digunakan tetapi jika tidak dirujuk tidak boleh ditulis disini. Disamping itu referensi yang sifatnya umum atau hanya melengkapi tidak perlu dicantumkan disini. Contoh buku yang tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka adalah Buku Petunjuk Penulisan Skripsi yang anda baca saat ini, kamus, buku petunjuk bahasa komputer atau periferal tertentu.
      Mahasiswa diharuskan mengikuti aturan tata cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
a.        Daftar Pustaka ditulis pada halaman belakang sebelum lampiran. Tulis judul 'DAFTAR PUSTAKA'.

b.   Tulis semua butir publikasi dengan urutan abjad nama pengarang dan tahun. Jika terdapat nama pengarang dan tahun yang sama, maka setelah angka tahun beri akhiran a, b, c, dst. Publikasi tanpa nama pengarang ditulis diawal dan diurut berdasarkan tahun dan urutan abjad judul. Rincian referensi dapat diperoleh dari halaman judul atau halaman kulit dalam suatu buku. Jika itu merupakan majalah maka nama majalah dan volume bisa dilihat di halaman judul. Sedangkan nama pengarang dan judul artikel bisa dilihat di halaman awal artikel.

c.   Jika acuan berupa buku maka format penulisan sebagai berikut:
   Nama_Pengarang. (Thn_Publikasi). Judul_Buku. seri. Penerbit, Kota.
   Contoh:
   Rusli, H.(1991). Kewajiban-kewajiban Perusahaan di Indonesia. Huperindo, Jakarta.
   Lasmana, E.(1992). Sistem Perpajakan di Indonesia, jilid-1. Prima Kampus Grafika, Jakarta.
   Marsius, J.(1991). Perilaku Harga Jasa Dokter di Kodya Palembang. Skripsi S1. Universitas Sriwijaya, Palembang.
   Cushing,B.E.(1991). Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, edisi ke-3. Terjemahan Kosasih,R.Erlangga,Jakarta.

d.   Jika acuan berupa artikel di dalam buku, maka format penulisan sebagai berikut
   Nama_Pengarang. (Thn_Publikasi). Judul_Artikel dalam Nama_Editor(ed.)    Judul_Buku. seri. Penerbit, Kota.
   Contoh:
   Hedley, C.(1971). Reading dan Language Difficultiesm dalam Wilson, J.A.R.(ed.) Diagnosis of Learning Difficulties, pp135-156. McGraw-Hill, New-York.
 
e.      Acuan berupa artikel di dalam majalah, format penulisannya
   Nama_Pengarang. (Thn_Publikasi). Judul_Artikel. Judul_Majalah, volume (nomor), halaman.
  
   Contoh:
   (1983). Issues in education today. Journal of Community Studies. Vol 6(10), pp2-4.
   Widodo, J.(1993). Analisis kestabilan sistem. Jayabina, 1(1),pp16-36.
  
c.   Referensi dari internet
             Nama_penulis, thn_edit, judul_artikel, alamat_situs
   Keterangan:
   Nama_Pengarang, Nama_Editor
   Tulis dengan huruf tegak. Tulis nama keluarga diikuti dengan inisial nama diri.
  
   Contoh:   Kurniawan, O., Marsius, J. dan Halim, F.A. ....
         Kalau nama pengarang tidak ada, ditulis Anonim atau Anonymous, dst
  
   Tahun_Publikasi
       Tulis di dalam tanda kurung, akhiri dengan tanda titik. Isi dengan angka tahun publikasi. Ada ditemui suatu publikasi yang selalu dicetak ulang walaupun edisinya sama. Untuk kasus ini yang ditulis adalah tahun publikasi pertama kali muncul dan bukan tahun cetak terakhir.
  
   Judul_Buku, Judul_majalah, Judul_Artikel
   Judul buku   : huruf miring, huruf kecil.
   Judul artikel   : huruf tegak, huruf kecil.
   Judul majalah/jurnal   : huruf miring, huruf besar-kecil.
  
      Seri
         Merupakan nomor edisi atau nomor jilid.
  
      Volume
         Merupakan nomor volume
  
      Nomor
        Merupakan nomor urut terbitan di dalam tiap volume majalah atau jurnal umumnya dicirikan dengan nomor terbitan, volume dan tahun.
  
      Halaman
        Kalau hanya satu halaman, format: pnn. nn adalah nomor halaman. Kalau lebih dari satu halaman, format:
         ppna-ppnb. na: nomor awal. nb: nomor akhir.
  
   Penerbit
           Merupakan nama penerbit. Hati-hati, jangan rancu dengan nama pencetak.

      Kota
        Merupakan kota tempat penerbit. Jika ada lebih dari satu nama, pilih yang pertama tertulis.
   Contoh:   Gombong, Jawa Tengah
      Englewood Cliffs, N.J.
  
d.   Jangan menyingkat judul jurnal.
  
e.   Jangan gunakan GELAR akademik pengarang.          

          Dari penjelasan yang telah saya berikan saya harap para pembaca sekarang dapat lebih memahami apa itu daftar pustaka serta cara penulisannya yang benar sesuai dengan aturan-aturannya.

Kutipan

Apakah Kutipan itu ?
        Kutipan, sebuah kata yang mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
        Namun pengertian lain menyebutkan bahwa kutipan adalah pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain dengan tujuan untuk ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan itu sendiri. Kutipan sering di pakai dalam penulisan karya ilmiah.
        Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak/belum pernah menjadi pengetahuan umum,hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat umum. Jadi, pendapat pribadi tidak perlu dimasukkan sebagai kutipan.
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip, dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut. Cara penyebutan kutipan ada 2 cara, yaitu sistem catatan kaki dan sistem catatan langsung ( catatan perut ). Dari 2 cara penyebutan kutipan tersebut kita harus memilih salah satu dan harus konsisten.

Cara Menulis Kutipan Dengan Benar
        Penulisan sumber kutipan ada yang menggunakan pola Harvard, ada pula yang menggunakan pola konvensional atau catatan kaki (footnote). Penulisan dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal atau di akhir kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar pustaka.
Format penulisan kutipan yang sering digunakan adalah mengikuti kaidah Sistem Harvard. Kaidah ini berbeda dengan yang telah digunakan pada waktu yang lalu. Perbedaan mendasar adalah tidak ada catatan kaki untuk menyatakan publikasi referensi. Adapun tata cara penulisan kutipan sbb:
• Semua referensi untuk buku, artikel majalah, sumber statistik, dsb ditunjukkan dengan sebutan yang sesuai di dalam teks dengan nama keluarga/marga, tahun publikasi, dan halaman bila perlu, semua di dalam tanda kurung.

Berikut ini ada beberapa contoh:
..... (Sinaga, 1970, p46) ......
..... berdasarkan pendapat Cushing (1991, p75) .....
..... berdasarkan pendapat Gazali (1991, pp109-115) ....
..... Lukas, Brown dan Hill (1992, p30) ...
..... menggunakan deret Taylor(Gazali, 1991a) .........
..... menggunakan program perkalian matrik (Gazali, 1991b, pp109-115)
..... dideteksi dari Persamaan 3 (Lukas dan Brown, 1991) .......
..... Berdasarkan Lukas, Brown dan Hill (1992) ternyata ...
..... diperlukan empat langkah (Aryanto et al, 1991, p67) ..
..... Aryanto et al.(1991, p67) menyajikan .....

Catatan penggunaan et al. hanya dibenarkan kalau acuan tersebut ditulis oleh lebih dari 2 pengarang. Contoh terakhir diperkenankan jika nama pengarang tidak diketahui.

• Untuk nama orang Indonesia terkadang aturan tersebut tidak sepenuhnya dapat diikuti, karena tidak semua memiliki nama keluarga sehingga sering yang dikenal adalah nama diri.

Berikut ini diberikan beberapa contoh:

........ (Amelia 1990, p20) ....
........ menurut Amelia(1990, p20) ....
........ (Marsius 1992, p36) .... (Marsius 1992, p20)....

        Jika yang dirujuk itu berupa buku maka umumnya nomor halaman ditulis. Namun jika yang dirujuk merupakan artikel suatu majalah maka umumnya nomor halaman tidak ditulis. Walaupun demikian boleh saja mahasiswa merujuk satu buku tanpa nomor halaman asalkan yang dimaksud memang seluruh buku tersebut.

Jika merujuk lebih dari satu publikasi tulis semuanya di dalam satu tanda kurung. seperti contoh berikut:
....... (Jayono dan Vem, 1991, pp3-35; Jayono, 1992, p100) ...

Tetapi bila suatu referensi berupa nama suatu lembaga, penulisannya menjadi
......(STMIK Bina Nusantara,1993, pp234) ...

Perlu diingat tidak dibenarkan menggunakan 'ibid', 'op cit', atau 'loc cit' atau menggunakan catatan kaki.


Fungsi Kutipan
        Kutipan memiliki fungsi tersendiri. Fungsi dari kutipan adalah sebagai berikut :
        1) Menunjukkan kualitas ilmih yang lebih tinggi.
        2) Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
        3) Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.
        4) Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
        5) Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
        6) Meningkatkan estetika penulisan.
        7) Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah yang  terkait dengan data pustaka.

Jenis Kutipan
Kutipan memiliki 2 jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
1. Kutipan Langsung.
        Kutipan langsung (direct quotation) adalah kutipan hasil penelitian, hasil karya, atau pendapat orang lain yang penyajiannya sama persis dengan teks aslinya (yang dikutip). Dalam merujuk sumber kutipan di teks utama, sebutkan referensinya dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halamannya. Kalau ada hal yang dinilai salah / meragukan,kita beri tanda ( sic! ), yang artinya kita hanya sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan, memberi huruf kapital, garis bawah, atau huruf miring, kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ], [ ejaan disesuaikan dengan EYD ], dll.
Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ].
a) Kutipan yang kurang atau sama dengan 4 baris ditulis sebagai berikut :
• Disatukan dengan teks
• Ditulis dalam tanda kutip ( “…….” )
• Jarak antar kutipan 2 spasi
• Pada akhir kutipan dituliskan databuku yang diletakkan dalam kurung atau dengan menuliskan nomor rujukan catatan kaki.
Contoh :
Penyebutan Sumber DenganCatatan Kaki
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan .”…. pengetahuan yang disampaikan-Nya [ sic! ] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi.”1)
…………………………………………………………………………………………………………..uraian lebih lanjut ………………………………
b) Kutipan Langsung yan lebih dari 4 baris,tata caranya sebagai berikut :
• Tidak disatukan dengan teks,tetapi dipisah dengan jarak 2,5 spasi
• Ditulis dengan spasi rapat ( satu spasi )
• Ditulis dengan menjorok ke kanan 5 karakter,danjika alinea baru berarti menjorok ke kanan 10 karakter
• Pada akhir kutipan diberi nomor penunjuk ( untuk diberi penjelasan pada catatan kaki tau diberi catatan langsung ( catatan perut )
Contoh :
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan .

“……pengetahuan yang disampaikan-Nya [ sic! ] merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi.Dengan katalain bahwa sesuatu yang disampaikan itu halnya memang delikian,tidak mungkin lain.kebenaran itu merupakan kebenaran mutlak……”1)
…………………………………………………………………………………………………………..uraian lebih lanjut ………………………………
1) Haadari Nawawi,Metode penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1985 ),hal.4.
Keterangan :
• Jika dalam mengutip ada bagian kalmiat yang dihilangkan,bagian itu diganti dengan tanda titik tiga ( … )
• Isi catatan kaki diatas adalah : Nama Pengarang,judul buku,kota tempat terbit,nama penerbit,tahun penerbit,halaman yang dikutuip
• Judul buku ditulis dengal garis bawah atau huruf miring
Penyebutan Sumber dengan catatan Lansung ( catatan perut )
Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.oleh karena itu,manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan .”…. pengetahuan yang disampaikan-Nya [ sic! ] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi.”( Nawawi,1985 : 4 ).
………………………………………………………………………………..uraian lebih lanjut …..…….………………………………

Jika kutipan memakai bahasa asing, kutipannya ditulis dalam huruf miring.
Contoh:
Berkenaan dengan peradaban, Huntington (1996:303) mengatakan sebagai berikut:
The overriding lesson of the history of civilization, however, is that many things are probable but nothing is inevitable. Civilizations can and have reformed and renewed themselves.The central issue for the West is whether, quite apart from any external challenges, it is capable of stoping and reversing the internal processes of decay.Menurut Sartori (dalam Gaffar 1992:37), “[t]he hegemonic party system neither allows for a formal nor a defacto competition for power. Other parties are permitted to exist, but as second class,licensed parties.”
Jika mengutip bukan dari buku/sumber aslinya, melainkan dari pengarang lain (mengutip sebuah kutipan), maka tambahkan kata “dalam” ketika menyebut referensinya. Contoh: Afan Gaffar menulis sebuah buku dan di dalam bukunya ia mengutip pendapat Giovanni Sartori; penulis skripsi kemudian mengutip pendapat Sartori yang terdapat dalam buku Gaffar tersebut; maka penulisan referensinya adalah sebagai berikut:
Menurut Sartori (dalam Gaffar 1992:37), “[t]he hegemonic party system neither allows for a formal nor a defacto competition for power. Other parties are permitted to exist, but as second class, licensed parties.”
Atau:
Seorang pakar ilmu politik, yang banyak mengamati perilaku partai politik, mengatakan bahwa “[t]he hegemonic party system neither allows for a formal nor a defacto competition for power. Other parties are permitted to exist, but as second class, licensed parties” (Sartori, dalam Gaffar 1992:37).

2. Kutipan Tidak Langsung.
        Kutipan tidak langsung (indirect quotation) merupakan kutipan hasil penelitian, hasil karya, atau pendapat orang lain yang penyajiannya tidak sama dengan teks aslinya, melainkan menggunakan bahasa atau kalimat penulis/peneliti sendiri. Dalam pengutipan ini, sumber rujukan harus disebutkan, baik dengan nomor halaman atau tanpa nomor halaman.
        Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip.Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik. Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
Paling sedikit ada dua jenis kutipan tidak langsung atau ada dua cara dalam mengutip secara tidak langsung. Pertama, dengan meringkas, menyimpulkan, atau merujuk pokok-pokok pikiran orang lain. 
Contoh:
         Penyusun skripsi yang meringkas atau merujuk pokok-pokok pikiran (pendapat) Huntington tentang gelombang demokratisasi di dunia ini dalam bukunya The Third Wave of Democratization:
Gelombang demokratisasi yang ada di dunia ini bisa dibagi menjadi tiga periode, yakni demokratisasi gelombang pertama yang berlangsung antara 1828-1926, demokratisasi gelombang kedua yang terjadi antara 1943-1962, dan demokratisasi gelombang ketiga yang dimulai dari tahun 1974 sampai tahun1990-an (Huntington 1991). Mengingat sekarang masih banyak rejim-rejim otoriter, apakah akan ada gelombang demokratisasi keempat?
Kedua, dengan melakukan paraphrase, yakni pengubahan struktur/susunan kalimat aslinya menjadi kalimat lain tanpa mengubah isi atau subtansi kalimat/alinea. Contoh:
Kalimat asli yang dibuat oleh Miriam Budiardjo:
        Berkenan dengan sistem pemilu, Miriam Budiardjo mengatakan: Pada umumnya kita kenal dua sistem pemilu, masing-masing dengan beberapa variasinya. Dalam sistem distrik, satu wilayah (yaitu distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal (single-member constituency) atas dasar pluralitas (suara terbanyak). Dalam system proporsional, satu wilayah (yaitu daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multi-member contituency), yang jumlahnya ditentukan atas dasar rasio, misalnya 400.000 penduduk (Budiardjo 1982:4)
Kalimat paraphrasenya:
        Sistem distrik dan sistem proporsional adalah dua jenis sistem pemilihan umum yang paling populer, yang masing-masing sistem ini memiliki variannya sendiri-sendiri. Dalam sistem distrik, jumlah pemenangnya—yang akan menjadi wakil di parlemen—adalah satu orang, sedangkan dalam sistem proporsional jumlah wakil yang akan mewakili suatu daerah pemilihan adalah beberapa orang sesuai dengan proporsi perolehan suaranya (Budiardjo 1982:4).
        Seperti halnya penulisan data, penulisan kutipan (referensi) ini juga harus menyebutkan sumber kutipan tersebut. Yaitu dengan menyebutkan bahwa sumber diambil dari buku karangan, misalnya: Gorys Keraf, yang terbit pada tahun 1983, dan sumber tersebut terdapat di halaman 3. Informasi mengenai penerbit dan judul buku dapat dilihat di Daftar Pustaka atau Bibliografi. Pada contoh terakhir hanya ditulis angka 1, menyatakan bahwa keterangan sumber dicantumkan di bawah halaman yang disebut dengan catatan kaki.




Sunday, May 9, 2010

Kerangka Karangan


Kerangka karangan (outline) rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap (dikerjakan), dan merupakan rangakaian ide-ide atau isi pikirannya yang disusun secara sistematis,logis, jelas, terstruktur dan teratur. Kerangka karangan menjamin suatu penyusun yang logis dan teratur, serta penulis dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan, kerangka karangan dapat membentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk pendektail dan kerja dengan sangat cermat.
 Tujuan dari pembuatan ouline atau kerangka karangan adalah agar kita dapat membuat kerangka karangan yang baik, benar dan logis, kita dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan dan kita juga menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
Manfaat dari penulisan kerangka karangan adalah :
a.       Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
b.      Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan sehingga dapat dipastikan apakah hubungan dari gagasan-gagasan tersebut sudah tepat dan apakah penyajian gagasan tersebut sudah baik.
c.       Memudahkan penulis untuk menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Tujuannya agar pembaca dapat terpikat secara terus menerus maka penyusuna klimaksnya harus diatur sedemikian rupa sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda dan pembaca pun semakin berminat membaca tulisan tersebut.
d.      Menghindari penulisan topik ganda (dua kali atau lebih). Penulisan topic dua kali atau lebih membawa pengaruh yang kurang baik. Selain membuang waktu, tenaga dan materi, juga dapat membuat pembaca bosan. Untuk itu apabila tidak dapat dihindari, maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topic akan diuraikan, sedangkan di bagian lainnya hanya ditambahkan unsure-unsur tambahannya saja.
e.      Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan menggunakan rincian-rincian dari kerangka karangan, penulis dapat dengan mudah mencari data-data untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototype dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini, kerangka karangan dapat diteliti, dianalisisdan dipertimbangakan secara menyeluruh, bukan terlepas-lepas.
Suatu kerangka yang baik tidak sekali dibuat. Penulisan dalam menyusun kerangka karangan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama. Langkah ini tidak mutlak harus di ikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir, orang yang mahir menulis tulisan-tulisan yang kompleks atau dengan mudah menyusun kerangka karangan.
Langkah-langkah untuk menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut :
a) Rumusan Tema / masalah yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut. tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b) Langkah yang kedua adalah melakukan inventarisasi atau mengumpulkan topik-topik bawahannya yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulisan boleh mencatat sebanyak-banyaknya tipik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c) Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi pada semua topik yang telah dicatat pada langkah kedua diatas.
d) Untuk mendapatkan kerangka karangan yang sangat rinci maka langkah kedua dan ketiga hendaknya dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topic yang lebih rendah tingkatannya.
e) Apabila semuanya sudah dilaksanakan maka ada satu langkah terakhir yang harus dilakukan, yaitu menentukan pola susunan yang paling sesuai untuk mengurutkan semua rincian dari tesis yang telah diperoleh dengan menggunakan semua langkah diatas. Dengan pola susunan tersebut maka akan diperoleh susunan kerangka karangan yang baik.
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang baik dan teratur biasanya digunakan beberapa tipe susunan, yaitu tipe pola alamiah dan pola logis.    
A. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas – bawah, melintang – menyebrang, sekarang – nanti, ,dulu - sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
a. Urutan waktu atau urutan kronologis
b. Urutan ruang (sposial)
c. Topik yang ada

B. Pola Logis
Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih sempurna dari makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi kiat dengan tanggapan penulis.
Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah :
a) Urutan klimaks dan anti klimaks
b) Urutan kausal
c) Urutan pemisahan masalah
d) Urutan umum – khusus
e) Urutan familitas
f) Urutan akseptabilitas

Kerangka karangan hendaknya disusun secara baik dan benar. Adapun syarat-syarat penyusunan kerangka yang baik dan benar.

Syarat-syarat penulisan kerangka karangan yang baik, adalah :
a) Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas. Pilihlah topik yang khas atau unik, kemudian tentukan tujuan yang jelas. Lalu buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b) Tiap unsur dalam kerangka karanga hanya mengandung satu gagasan. Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka gagasan tersebut harus dirinci supaya dapat terlihat perbedaanya.
c) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga idea tau pikiran yang dimaksud dapat tergambar secara jelas.
d) Harus mempergunakan pasangan simbul yang konsisten.

Setiap penulisan suatu karangan maka kita memerlukan penyusunan kerangka karangan. Tujuannya agar mempermudah dalam pembuatan karangan yang teratur, logis dan sistematis. Setiap membuat kerangka karangan harus melalui tahap atau langkah-langkah agar rencana pembuatannya bisa teratur dan mudah sehingga memudahkan penulis untuk membuat kerangka karangan tersebut. Kerangka karangan secara garis besar suatu rencana yang memuat garis-garis besar dan suatu karangan yang akan dikerjakan. Agar dalam pembuatan tidak terjadi penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih sehingga kita perlu mengevaluasi setiap topik yang akan kita kerjakan.