Sunday, March 21, 2010

Diksi

Diksi atau pilihan kata kehadirannya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Saat berbicara pun tanpa kita sadari kita sudah menggunakan pilihan-pilihan kata yang membentuk sebuah kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain mengerti akan apa yang ingin kita utarakan. Diksi berarti merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Yang lebih umum, diksi digambarkan sebagai enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya, ditekankan pada pengucapan dan intonasinya. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata tetapi juga digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Diksi memiliki beberapa bagian, yaitu pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik itu menggambarkan karakter yang aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Agar dapat menghasilkan pengungkapan yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Syarat-syarat pemilihan kata
• Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
Misalnya :
- Monyet itu kurus sekali.
- Dasar monyet kamu itu!

• Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Misalnya :
- Karton - Kartun
- Intensif – Insentif

• Dapat memahami makna kata-kata abstrak dan kata konkrit.
Kata abstrak :
Jika kata itu bermakna sifat, keadaan dan kegiatan. Contoh : Ketulusan, Kebodohan, Kepandaian, Kecintaan dan lain-lain.
Kata konkrit :
Jika kata itu bermakna pada suatu benda, orang atau apa saja yang mempunyai eksistensi.
Misalnya : Mobil, Motor, Rumah dan lain-lain.
Contoh :
- Ketulusan hatinya membuat dia akhirnya luluh.
- Ayah baru membeli motor kemarin.

• Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
- Antara aku dan dia tidak terjadi apa-apa.
- Baik menang maupun kalah itu sama saja.
- Bukannya saya tidak percaya, tetapi saya agak ragu akan kemampuannya.
• Dapat membedakan kata-kata umum dengan kata-kata khusus.
Contoh :
- Kata umum : melihat,
- Kata khusus : menatap, memandang, melotot, membelalak, melirik, memperhatikan, menonton.

Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna

1. Sinonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2. Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3. Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4. Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5. Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6. Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7. Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8. Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.

Pembentukan Istilah dan Definisi

Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Tata istilah adalah peraturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkan dari istilah tersebut.
Syarat pembentukan istilah yang baik yaitu sebagai berikut :
• Paling singkat diantara pilihan yang ada.
• Bentuknya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
• Tepat menggunakan konsep yang dimaksud.
• Penggunaan katanya tepat sehingga enak didengar.
• Sumber bahasa.
Istilah Khusus dan Istilah Umum.
Istilah khusus merupakan istilah yang pemakaiannya bermakna terbatas pada satu bidang tertentu. Sedangkan istilah umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.
Contoh: Istilah khusus : Diagnosis, Pidana.
Istilah Umum : Daya, penilaian.

Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah. Ejaan baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah. Untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku yaitu cukup dengan membuka buku kamus bahasa indonesia yang terkenal baik yang dikarang oleh yang baik pula sebagai referensi. Contoh Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku :
Ejaan Baku, Ejaan Tidak Baku :
Apotek, Apotik
Asasi, Azasi
Izin, Ijin
Sentosa, Sentausa
Kalau, Kalo
Atlet, Atlit
Insaf, Insyaf
Durian, Duren
Rapot, Rapor
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika kita menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Ragam Bahasa

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda. Agar kepercayaan diri yang kuat dapat dibangun, identitas sangat diperlukan oleh sebuah Negara. Identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan di antaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat mengidentikkan diri sebagai suku bangsa melalui bahasa tersebut.
Sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda, bangsa Indonesia memiliki masalah yang cukup besar. Perbedaan dapat memecah belah bangsa ini. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional (bahasa pemersatu) oleh semua suku bangsa, perpecahan itu dapat ddiminimalisir karena suku-suku bangsa di Indonesia sudah merupakan satu kesatuan. Jika tidak ada bahasa Indonesia, bangsa Indonesia dengan keanekaragaman suku bangsa mungkin akan menghadapi masalah perpecahan bangsa, terutama masalah komunikasi. Jadi berbanggalah memiliki bahasa Indonesia yang sudah berabad-abad menjadi lingua franca di wilayah Indonesia.
Sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda, bangsa Indonesia mengalami maslah besar dalam melangsungkan kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah bangsa ini. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui seagai bahasa nasional oleh semua suku bangsa yangada, perpecahan itu dapat dihindari karena suku-suku bangsa di Indonesia merasa satu. Kalau tidak ada bahasa Indonesia, bangsa Indonesia denagn keanekaragaman suku bangsa sakan menghadapi masalah perpecahan bangsa, terutama masalah komunikasi. Jadi berbanggalah memiliki bahasa Indonesia yang sudah berabad-abad menjadi lingua franca di wilayah Indonesia.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi . Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa Indonesia.
1. Berdasarkan waktu penggunaan .
a. Ragam bahasa Indonesia lama
Ragam bahasa Indonesia lama telah digunakan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri-ciri ragam bahasa Indonesia lama yaitu masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :
1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,
2) Bahasa Melayu itu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa,
3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan
4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan

b. Ragam Bahasa Indonesia Baru
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda yaitu pada tanggal 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang berdampingan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.

2. Berdasarkan Media
a. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
1) Memerlukan kehadiran orang lain ;
2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;
3) Terikat ruang dan waktu;
4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan waktu;
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

3. Berdasarkan Situasi
a. Ragam Bahasa Resmi
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap ;
3) Menggunakan kata ganti resmi ;
4) Menggunakan kata baku ;
5) Menggunakan EYD ;
6) Menghindari unsur kedaerahan .
b. Ragam Bahasa Tidak Resmi
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal .
c. Ragam Bahasa Akrab
Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan cirri ragam bahasa akrab. Kalimat-kalimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti anggukan kepala , gerakan kaki dan tangan tangan,atau ekspresi wajah.
d. Ragam Bahasa konsultasi
Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita gunakan adalah ragam bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih kode. Bukan bahasa resmi yang digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah ragam bahasa konsultasi.

4. Berdasarkan Bidang atau Tema yang sedang Dikomunikasikan
a. Ragam bahasa ilmiah
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:
1). Bahasa Indonesia ragam baku,
2). Pengunaan kalimat efektif;
3). Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4). Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan
menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5). Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan,
6). Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan
Antaralinea.
b. Ragam Bahasa Sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.
d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran.

5. Ragam Bahasa Indonesia Berdialek
Pernahkah anda mendengar seseorang berbicara dengan menggunakan bahasa indonesia, tetapi anda akan segera mengetahui dari mana asal orang tersebut? Seseorang yang berasal dari surabaya biasanya menggunakan panggilan ”rek” pada lawan bicara, atau seseorang dari bandung biasanya akan menyisipkan kata ”mah” dan ”atuh” diatara kalimat-kalimatnya. Itulah yang dimaksud dengan ragam bahasa indonesia berdialek. Lantas, seperti apakah ragam bahasa indonesia yang sebenar-benarnya.
a. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

6. Ragam Bahasa Indonesia Baik dan Benar
Sering kali kita mendengar slogan ”Gunakanlah bahasa indonesia dengan baik dan benar”. Apakah maksud slogan tersebut? Apakah kita harus mengunakan bahasa yang resmi dimana kita berada? Bukan itu jawabannya. Slogan itu berarti.
a. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaian
b. Bahasa yang benar adalah bahsa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
7. Ragam Bahasa Menurut Pokok Persoalan atau Bidang Pemakaian.
Di dalam kehidupan sehari-hari banyak persoalan yang dibicarakan oleh masyarakat. Dalam membicarakan persoalan yang berbeda-beda tersebut kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang tengah dibicarakan. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu terlihat dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata /ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui apa itu ragam bahasa dan jenis-jenis ragam bahasa. Singkatnya, keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah dinamakan ragam bahasa Indonesia. Dengan jumlah suku bangsa yang banyak di Indonesia sudah pasti keragaman bahasa sudah tertanam. Berbanggalah karena tidak semua bangsa di dunia ini mempunyai bahasa nasional yang dipakai secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya bahasa nasional yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada.

Friday, March 5, 2010

Sikap Generasi Muda Terhadap Fungsi dan Peranan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari sebagai alat komunikasi memiliki fungsi dan peranan yang cukup besar. Bayangkan saja bila kita tidak memiliki bahasa permersatu (Bahasa Indonesia), dengan apa kita berkomunikasi? Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat yang jumlahnya terbilang banyak, jika tidak ada bahasa Indonesia maka dapat dipastikan akan terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sehari-hari. Misalnya saja, orang jawa berbicara kepada orang padang dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing. Apa pembicaraan mereka dapat disatukan? Apa orang jawa mengerti yang dimaksudkan orang padang? Jawabannya tentu tidak. Disinilah terlihat jelas betapa besar peranan Bahasa Indonesia.


Fungsi bahasa, yaitu :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.


Sedangkan peranan bahasa adalah sebagai bahasa pemersatu (bahasa nasional) bangsa. Tanpa bahasa Indonesia, mungkin bangsa Indonesia bisa kehilangan jati dirinya.

Di jaman yang makin serba canggih ini, bahasa pun juga telah termodifikasi sedemikian rupa, khususnya oleh para generasi muda. Hal ini menyebabkan bahasa indonesia saat ini berada dalam masa krisis. Tentunya kita semua tahu bahwa para generasi muda sekarang ini kerap kali menggunakan “bahasa gaul” sebagai alat komunikasi. Bahasa indonesia yang baik dan benar pun sudah jarang terdengar lagi. Masyarakat umumnya berpikir kalau kita menggunakan bahasa Indonesia sesuai aturan berarti kita sudah ketinngalan jaman, tidak gaul, kaku, dan lain sebagainya. Pandangan generasi muda pun berubah, dan akhirnya mereka terbawa arus, menggunakan bahsas gaul dalam komunikasi sehari-hari

. Akibatnya, sekarang ini hampir 80% generasi muda menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, bahasa Indonesia yang sebenarnya pun sudah mulai ditinggalkan. Padahal apabiloa kita teliti lebih detail, jelas sekali bahasa gaul ini merusak bahasa nasional kita. Bahasa gaul maknanya jauh dari jati diri bangsa yaitu halus, tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada, misalnya “Gue cabut ya”, seharusnya “Aku pergi ya”. Perbandingannya cukup jauh bukan, entah dari mana kata-kata tersebut bisa “populer” di kalangan remaja.
Bila dibiarkan begitu saja bukannya tidak mungkin bahwa bahasa Indonesia akan benar-benar hilang di telan masa. Bayangkan saja bila hal tersebut benar-benar terjadi. Sungguh hal yang benar-benar merugikan bangsa. Coba kita ingat-ingat lagi perjuangan para pahlawan kita dulu yang dengan jiwa dan raganya membela tanah air bahkan nyawa taruhannya. Namun, generasi muda jaman sekarang dengan seenaknya mengubah apa yang sudah diperjuangkan.

Sekarang ini generasi muda kita kurang memberikan pengaruh yang positif bagi bahasa Indonesia. Namun, tidak ada kata terlambat. Seharusnya generasi muda penerus bangsa menjaga baik, memelihara, dan melestarikan apa yang sudah kita miliki, bukannya mengubah sesuai kemauan mereka. Untuk itu, mulai dari sekarang marila gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidahnya. Memang susah, apalagi sepertinya bahasa gaul telah berakar pada setiap diri para generasi muda, namun apa salahnya mencoba. Mari selamatkan bahasa Indonesia kita, bahasa pemersatu bangsa Indonesia.